“The Da Vinci Code” Tak Hanya Mengguncang Iman Kristiani

13 Juli 2008 at 1:15 PM 15 komentar


The Da Vinci Code
Tak Hanya Mengguncang Iman Kristiani


Oleh: Hanafi Mohan


Mungkin aku termasuk seorang yang terlambat membaca Novel “The Da Vinci Code” karya Dan Brown, karena novel ini untuk pertama kalinya terbit pada tahun 2003 (edisi Bahasa Inggris). Kemudian terbit di Indonesia (edisi Bahasa Indonesia) pada tahun 2004 dan 2005. Kini sudah tahun 2008. Jadi boleh dikatakan, bahwa aku adalah orang yang terlambat membaca Novel yang menarik ini. Namun bagiku, tak ada kata terlambat untuk membagi apa yang kumengerti dari isi novel yang kubaca itu. Karena bagiku, mungkin saja setiap orang memiliki pandangan yang berbeda setelah membaca isi novel tersebut, tak terkecuali aku.

Kini, aku sudah menyelesaikan membaca Novel “The Da Vinci Code”. Ketika dalam proses membacanya, aku selalu membuat perkiraan-perkiraan (persangkaan-persangkaan), bagaikan seorang detektif. Dan ternyata, persangkaan-persangkaanku itu begitu banyak yang meleset. Di akhir novel, aku baru bisa tersenyum dan menarik napas lega, setelah sebelumnya begitu banyak ketegangan-ketegangan di dalam novel ini.

Agar lebih menarik, bacalah novel ini secara berurutan dari awal sampai akhir. Buatlah suatu catatan mengenai persangkaan-persangkaan kita, yang mana persangkaan-persangkaan kita itu biasanya akan runtuh ketika kita membaca halaman-halaman selanjutnya. Catatlah temuan baru itu. Dan kemungkinan, persangkaan-persangkaan kita berdasarkan temuan-temuan baru itu juga akan runtuh ketika kita membaca halaman-halaman selanjutnya. Catat terus perkembangan novel. Jangan lupa juga untuk mencatat hal-hal yang menurut kita menarik, seperti teka-teki, sandi, kode, dan simbol yang terpecahkan, yang teka-teki, sandi, kode, dan simbol itu saling berkaitan dan memiliki banyak arti. Catat juga hal-hal lainnya yang kita anggap menarik, seperti fakta sejarah dan mengenai doktrin-doktrin agama. Pada novel ini mengenai doktrin Kristen.

Bagi pembaca yang beragama selain Kristen, novel ini juga menarik untuk kita baca, agar kita bisa kembali menyelami keyakinan agama kita selama ini, yang ternyata begitu banyak metafora-metafora yang metafora-metafora itu sudah kita anggap sebagai suatu kebenaran itu sendiri, yang dapat dikatakan bahwa metafora-metafora itu sudah menjadi doktrin dan dogma yang sangat sulit untuk digugat.

Di halaman-halaman akhir novel, betapa aku terkejut. Ternyata Kapten Bezu Fache tak lain adalah seorang Polisi yang profesional dalam menjalankan tugasnya (karena persangkaanku sebelumnya, bahwa Kapten Bezu Fache termasuk ke dalam komplotan pembunuhan ini, yaitu yang menurut perkiraanku adalah Komplotan Opus Dei). Karena berkatnyalah kemudian, kasus pembunuhan yang misterius ini dapat terungkap, yaitu dengan tertangkapnya Sir Leigh Teabing (Guru), dan sekaligus Prof. Langdon dan Sophie Neveu dapat diselamatkan.

Uskup Aringarosa tak lain hanyalah seorang Uskup di Opus Dei (Pemimpin tertinggi di Opus Dei) yang sedang menghadapi kesulitan, dan dia tidak mengenal sama sekali “Guru”. Tawaran dari “Guru” diterimanya, karena ia ingin keluar dari kesulitan tersebut. Tapi akhirnya dia dapat menyadari, bahwa ia tak lebih telah ditipu oleh “Guru”. Dan ternyata Silas, anak didiknya itu, tak lebih hanya seorang mantan penjahat, yang dengan menjalankan tugas misterius itu dia berharap bisa menebus dosanya. Akhirnya, Silas (menurutku) sepertinya kembali menjadi orang baik (di akhir cerita, sepertinya Silas mati, karena tertembak oleh Polisi). Dan juga Opus Dei tidak terlibat dalam kasus ini, karena Uskup Aringarosa hanya dijebak oleh Sir Leigh Teabing (Guru).

Dan terakhir, Langdon dan Sophie Neveu setelah memecahkan keberadaan Holy Grail, yang mana Holy Grail itu sepertinya hanya perumpamaan. Karena Holy Grail memang tak ada di tempat yang sesuai dengan petunjuk sandi Sauniere. Yang ada adalah kemudian, Sophie Neveu dapat bertemu dengan Neneknya dan adik laki-lakinya, yang selama ini dia ketahui dari kakeknya (Sauniere) bahwa Nenek dan adik laki-lakinya itu juga menjadi korban kecelakaan mobil bersama-sama dengan kedua orang tuanya.

Yang membuat aku bingung, kejadian di novel ini hanya berlangsung semalaman, dilanjutkan dengan pagi hingga sore hari kemudian (mungkin hanya berkisar sekitar kurang-lebih 20 jam, atau mungkin bisa pendek dari itu), yaitu dari terbunuhnya Sauniere pada jam 10.46 malam di Paris, hingga tertangkapnya Guru (Sir Leigh Teabing) di London (di Novel, waktu tertangkapnya tak dijelaskan, namun sekilas dapat diperkirakan mungkin sore hari besoknya).

Kronologi singkatnya secara berurutan:
Dari pukul 10 malam hingga sekitar 6 pagi di Paris.
1) 10.46 malam (Museum Louvre-Paris): Sauniere terbunuh.
2) 12.32 dinihari (Hotel Ritz-Paris): Langdon masih berada di Hotel Ritz-Paris.
3) Kemudian Langdon sudah berada di Museum Louvre (jamnya tidak disebutkan).
4) Langdon dan Sophie Neveu ke Stasiun Kereta Api (tak disebutkan jamnya)
5) Langdon dan Sophie Neveu berada di Bank Penyimpanan Zurich-Cabang Paris.
6) Tengah malam (jamnya tak disebutkan): berada di Puri Villette milik Leigh Teabing-Paris.
7) Melakukan penerbangan dari Paris ke London (jamnya tak disebutkan).

6.30 pagi hingga Sore di London
1) 6.30 : mendarat di London
2) 7.30 berada di Gereja Kuil-London
3) berada di Perpustakaan King’s College (pagi-waktu jelasnya tak dituliskan).
4) Biara Westminster-London (waktunya tak dituliskan)
5) Tertangkapnya Guru (Sir Leigh Teabing), mungkin sekitar sore hari.

Yang membuat aneh lagi, latar tempatnya pun berpindah-pindah, bahkan dari Paris hingga ke London (tempat dengan jarak yang mungkin tak dapat dikatakan dekat). Dengan cerita yang sungguh mencekam itu, mungkinkah hanya dalam waktu yang pendek itu (sekitar kurang lebih 20 jam) semua itu terjadi? Entahlah. Tapi yg pasti, novel ini begitu menarik, dan layak untuk dibaca.

Jika pada komentar dikatakan bahwa Novel “The Da Vinci Code” ini sudah menggoyang iman Kristiani. Maka bagiku, setelah aku menyelesaikan membaca novel tersebut, memang benar komentar itu. Bahkan aku ingin menambahkan, bahwa novel tersebut, jika dibaca dengan teliti dan tidak hanya literal, oleh siapa saja, oleh penganut agama apa saja, maka novel tersebut sepertinya juga akan menggoyang iman siapa saja pada agama apa saja. Contohnya aku kini (aku beragama “Islam”), semakin mempertanyakan doktrin-doktrin dan dogma-dogma yang dipegang dan diyakini oleh umat Islam selama ini yang sekilas seperti cerita kartun. Seperti yang umat Islam yakini selama ini pada cerita Adam dan Hawa sebagai manusia pertama yang tadinya hidup di Syurga, yang kemudian dibuang ke bumi karena telah melakukan dosa. Pada cerita Nabi Muhammad menerima wahyu (yang merupakan keyakinan umat Islam selama ini), yang dikatakan bahwa Nabi Muhammad berhadap-hadapan dengan Malaikat Jibril bagaikan dua orang yang sedang berdialog. Pada cerita lainnya yang diyakini umat Islam juga disebutkan, bahwa suatu waktu ketika Nabi Muhammad menerima wahyu, Beliau melihat Malaikat Jibril sebagai perantara penyampai wahyu tersebut terlihat sangat besar sekali dengan sayapnya yang menutupi langit. Dan yang paling kontroversial dari keyakinan umat Islam selama ini adalah cerita mengenai Isra’ Mi’raj, yaitu peristiwa ketika Nabi Muhammad melakukan perjalanan dalam semalam (mungkin hanya dalam beberapa jam) dari Masjidil Haram (Mekah-Arab Saudi) ke Masjidil Aqsa (Yerusalem-Palestina), kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsa ke “Sidratul Muntaha” yang terletak di atas “langit ke tujuh”, kemudian bertemu dengan Tuhan (juga dikatakan bertemu dengan Nabi-nabi sebelumnya, seperti Nabi Isa, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim). Sungguh perjalanan yang misterius, supranatural, suprahuman, dan cenderung tak masuk akal. Tidakkah hal-hal seperti ini banyak sekali dalam agama-agama (termasuk Islam), yaitu cerita-cerita yang tak masuk akal, dan kita hingga kini terus dengan setia (terpaksa ataupun tidak terpaksa) untuk mempercayai bahwa peristiwa tersebut memang terjadi secara “nyata”.

Aku kira para komentator itu (Amirah Latifah, Sidnan Al-Faruqi, Ain Muhammadi, dan Adian Husaini – komentar mereka dimuat oleh Majalah Insani, April 2005) tidak hanya harus melihat Novel “The Da Vinci Code” itu dalam kaitannya dengan iman Kristiani, namun alangkah lebih baiknya mereka juga menyadari, bahwa di dalam agama Islam juga banyak doktrin-doktrin dan dogma-dogma yang juga harus kita pertanyakan, seperti halnya Dan Brown yang sudah berani mempertanyakan mengenai doktrin-doktrin Kristiani tersebut. Sehingga kita sebagai umat Islam tidaklah akan terus-menerus mengatakan bahwa Agama Islam-lah yang paling bersih dan paling benar, sedangkan agama lain itu kotor dan salah.

Aku rasa, Dan Brown tidak hanya menembak sasarannya kepada umat Kristen. Namun karena ia penganut Kristen, maka sasaran yang sangat dia pahami untuk dituju adalah umat Kristen. Tapi walaupun begitu, aku yakin, sebagai sastrawan, Dan Brown tetap menyelipkan pesan-pesan universal yang itu bisa dimengerti oleh umat agama apa saja. Yaitu bahwa kontroversi mengenai ajaran agama tersebut bukan hanya menimpa agama Kristen, namun juga menimpa agama-agama lainnya (Islam misalkan). Dan hal itu bisa secara jelas kita baca dalam Novel “The Da Vinci Code” ini. Namun, karena yang kita lihat melulu selalu kesalahan pada agama lain (apalagi novel ini membahas mengenai doktrin Kristen), maka kita lupa, bahwa di dalam agama kita (Islam)-pun sebenarnya banyak sekali ajaran, keyakinan, dan dan doktrin yang kontroversi. Namun, karena kita sudah terlanjur membenci agama Kristen, maka semakin menjadi-jadilah kita mengatakan bahwa Kristen adalah agama yang sesat. Padahal saya tetap yakin (dan jika pembaca mau membaca secara teliti lagi dan tidak hanya literal), bahwa Novel “The Da Vinci Code” ini juga tak sedikit menyelipkan pesan, bahwa agama apapun di dunia ini pasti memiliki doktrin dan dogma yang mungkin hampir serupa dengan yang terjadi pada masyarakat Kristen, yang jika ada yang menentang doktrin dan dogma tersebut (atau yang memiliki ajaran atau keyakinan yang berbeda dengan mayoritas umat), maka dia akan dianggap sesat dan kafir. Tidakkah selama ini kita sebagai Umat Islam juga mengalami hal tersebut?

Di Novel tersebut dituliskan, bahwa Uskup Aringarosa dan Silas adalah penganut Kristen yang fanatik, yang di dalam novel diceritakan dapat dengan mudah dimanfaatkan dan diperalat oleh Guru (Sir Leigh Teabing). Jika Silas adalah orang yang baru mengenal Agama Kristen, maka Uskup Aringarosa adalah orang yang sudah lama mengenal Agama Kristen, apalagi ia adalah seorang Uskup dan Pemimpin tertinggi Opus Dei. Bukankah di Islam sendiri begitu banyak orang-orang seperti ini? Yaitu yang kelihatannya sangat taat dan fanatik terhadap keyakinan yang ia imani, dan kemudian para penganut Islam yang fanatik ini akan sangat mudah dimanfaatkan dan diperalat oleh orang-orang (ataupun lembaga) yang memiliki kepentingan tersembunyi. Dan anehnya, para penganut Islam yang fanatik ini tidak sadar bahwa ia diperalat dan dimanfaatkan. Yang mereka tahu, bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah demi membela “agama” (membela “Tuhan”).

Ciputat, Sabtu-19 Januari 2008 Pukul 18.22 WIB

Hanafi Mohan
Sang Pencari

Entry filed under: Essay. Tags: , , .

Puisi: Nyanyian Harmoni Cerpen: Negeri Harapan

15 Komentar Add your own

  • 1. eyanghakimi  |  14 Juli 2008 pukul 2:44 PM

    Tulisan anda tentang DVC sangat menarik, teliti, tajam. Nah, ini ada “The Muhammad Code, 6666-6236=430”. Apakah anda akan seteliti menelaah DVC.

    hakimisenior@ymail.com

    Suka

  • 2. thenafi  |  14 Juli 2008 pukul 2:59 PM

    430 adalah:

    4= huruf “dal” (huruf hijaiyah)
    3= huruf “ha” dan “mim”
    0= huruf “mim”

    membacanya dari belakang (dari kanan), yaitu 0-3-4, yang jika disambung menjadi ejaan “Muhammad” di dalam huruf hijaiyah.

    Betul gak tuh?

    Oh ya, terima kasih atas kunjungannya ke Blog saya ( https://thenafi.wordpress.com/ ).

    oh ya, kujungi juga blog saya yang lain (selain blog ini), yaitu:

    http://hanafimohan.blogspot.com/
    http://navyxbart.multiply.com/

    terima kasih atas apresiasinya,

    salam hangat,
    Hanafi Mohan

    Suka

  • 3. eyanghakimi  |  14 Juli 2008 pukul 3:08 PM

    hohoho, umumnya anggapan jumlah ayat kitab quran itu 6666, nyatanya hanya 6236, jadi ada selisih 430. Nah yang 4,3, dan 0 ini yang menjadi kode untuk menjawab pertanyaan “mengapa alfatihah ditempatkan di surat 1, atau Maryam di 19, annas di 114, alfath di 48, muhammad di 47, dlsb. Ujungnya terjawablah : HENDAKLAH ENGKAU KENAL KEPADA MUHAMMAD LEBIH DARI MENGENAL BAPAKMU DAN ANAK-ANAKMU.

    Suka

  • 4. thenafi  |  14 Juli 2008 pukul 3:18 PM

    yo … a…, bagus … bagus …, jadi dapat tambah wawasan baru nih.

    seingat saya memang pernah mendengar dari suatu ceramah, bahwa ayat Al-Qur’an seluruhnya memang tdk berjumlah 6666, melainkan kurang dari itu.

    oh ya, kalau boleh tau, dapat “The Muhammad Code” nya dari mana? dari buku atau dari apa?

    Suka

  • 5. azmir  |  1 November 2009 pukul 1:47 PM

    boleh tak beritahu saya apa kaitan the davinci code dengan nabi isa

    ——–

    @azmir, di dalam Novel “The Davinci Code” diceritakan mengenai suatu aliran di dalam Kristen yg agak berbeda dgn aliran Kristen yg lain, terutama kepercayaan mereka bahwa Nabi Isa pernah menikah dgn Maria Magdalena. Nah, dari Maria Magdalena inilah menurut aliran ini bahwa Nabi Isa masih mempunyai keturunan hingga skrg. Keturunan Nabi Isa dari Maria Magdalena inilah yg membawa aliran Kristen ini, dan aliran mereka ini selalu dikejar-kejar oleh otoritas Kristen karena mereka masih menyimpan bukti2 mengenai hal tsb di atas. Itu setidaknya yg saya cerna dari Novel “The Davinci Code”. Selebihnya mungkin masih banyak lagi nuansa2 lain dari novel ini dan juga fakta-fakta lain mengenai agama Kristen yg hingga kini jarang sekali diketahui oleh umat Kristen dan umat2 agama lainnya.

    Suka

  • 6. a1  |  17 November 2009 pukul 11:01 AM

    @azmir: ah..sok tau nih…tar ada novel laen yg nyerang kekristenan jg ente paling setuju2 aja…
    novel lah dipercaya mengandung fakta..cupu!,,wkwkwk

    klo gitu novel ttg cinderella gmn tuh mas azmir?sy mw tau lbh dalem lg nih fakta2 ttg cinderella…critain donk…

    Suka

  • 7. a1  |  17 November 2009 pukul 11:03 AM

    eh koq azmir…mksudnya nanya ma yg punya blog ini..salah deh tuh..hohoho

    Suka

  • 8. indr@  |  29 November 2010 pukul 1:25 PM

    ga pantes namanya “hanafi” klo emg kamu muslim, meragukan alqur’an gitu..

    Suka

  • 9. dian kusuma  |  1 Januari 2012 pukul 2:59 PM

    saya setuju dengan ungkapan diatas.
    yang diperlukan dalam menganut suatu agama adalah dia sangat meyakini bahwa agama yg dianutnya adalah agama yang benar, tinggal bagaimana cara kita menghargai agama lain. (AL-Mumtahannah:8).

    sebagai umat muslim, kita wajib mengimani apa yang disampampaikan oleh RAsulullah, dan iman kita mendahului logika .

    Suka

  • 10. Widelman Taghulihi  |  6 Februari 2012 pukul 2:15 PM

    Saya sangat setuju dengan ulasan saudara Hanafi Jelas terlehat kelemahan dari karya Dan Brown Tentang The Da Vinci Code, Terima kasih peringatannya semoga umat beragama tidak mudah terguncang imannya A M I N

    Suka

  • 11. Widelman Taghulihi  |  6 Februari 2012 pukul 2:26 PM

    Salut atas ulasan dari saudara Hanafi Mohan tentang Karya dari Dan Brown The Da Vinci Code sungguh cerdas dan teliti sehingga kelemahan karya ini nampak jelas..Maklumlah hanya sebuah Fiksi

    Suka

  • 12. just me  |  8 Mei 2014 pukul 7:37 PM

    analisa mas hanafi sangat menarik…tajam dan obyektif..
    hanya saja kalau boleh saya juga berpendapat tentang analisa mas hanafi ttg beberapa hal yg menarik :
    1. ttg ke – universal-an persepsi ttg “dogma2” yg supra natural dan kontroversif…dalam semua agama..
    kalau kita coba telaah lebih dalam dan lebih jeli, “dogma” didalam islam selalu diakhiri dengan pembuktian2 realistis, yg pada akhirnya menggeser persepsi ttg dogma itu sendiri, yaitu bahwa itu ternyata bukan dogma melainkan satu fakta
    mis : peristiwa bulan terbelah yg diabad ini ternyata ditemukan bekas belahan dipermukaan bulan…atau isra mi’raj yg ternyata nabi Muhammad saw mampu mendeskripsikan fisik mesjid aqso dengan sangat detil…atau peristiwa nabi Musa as yg bajunya “dilarikan” oleh batu saat beliau sedang mandi, ternyata sekarang ini kita bisa menjumpai hal yang sama..(batu berjalan) di salah satu gurun pasir di benua amerika..dsb…
    perbedaan nya menurut saya adalah pada hal yg fundamental sekali, yaitu didalam Islam, logika dan akal pikiran sangat dianjurkan untuk dikembangkan bagi penganutnya… terutama dalam rangka untuk memahami apa yg mas hanafi sebut dengan “dogma” itu..
    sebagai informasi, kini ada asosiasi “scientific sign” of Qoran and Hadith yg bermarkas di Mekah yang beranggotakan ilmuwan2 muslim ternama dan berada dibawah pengawasan langsung organisasi mesjid Mekah. banyak sekali peristiwa2 yg dahulu dianggap “dogma” kemudian oleh beliau2 didalam asosiasi tersebut dibuktikan kebenarannya secara ilmiah ( atau fakta ) dari multi disiplin ilmu dan sains..
    sedangkan di dalam organisasi gereja kristen, perkembangan logika dan nalar ( termasuk sains ) sangat terlarang. itulah sebab para ilmuwan sains dibarat memisahkan diri dan mengumandangkan pemahaman bahwa sains dan agama adalah dua hal yg bertentangan… didalam ajaran gereja kristen, sekedar mempertanyakan apalagi membantah dogma didalam injil berarti kafir, sedangkan didalam islam, justru penganutnya dirangsang untuk mencari dan menemukan pembuktian2nya (tidak dianggap kafir)..
    jadi menurut saya, agak terburu2 kalo kita menyamakan kasus “persepsi thd dogma” di kedua agama tersebut. mungkin yg justru perlu kita lakukan adalah semakin menambah informasi2 dan memperluas wawasan keagamaan -dari berbagai perspektif kalo perlu- sehingga kita bisa lebih jelas melihat perbedaan persepsi ttg dogma tsb…
    2. ttg opus dei dan tokoh2 islam yg dimanfaatkan
    betul sekali mas hanafi, mmg oknum2 seperti itu eksis dan memang ada, tapi syukurlah beliau2 bukanlah representatif dari islam.. beliau2 hanyalah orang2 yg mungkin terlalu sibuk untuk belajar lebih dalam tentang politisasi dalam islam… ( bahwa ternyata nabi Muhammad saw adalah seorang politisi ulung, sangat jarang dipaparkan, alhamd ada seorang cendekiawan muslim yg dengan lengkap memaparkannya : baca antonio syafiie – Muhammad saw the super leader & super manager )
    (kelemahan penganut islam sekarang ini adalah adanya pemisahan antara agama dan sains…termasuk ipoleksosbudhankam..) sebagian umat islam mengira agama hanya sebatas aktifitas ritual dan hukum2 fikih saja, sehingga sangat mudah dipolitisasi oleh banyak pihak.semoga Allah memberi pentunjuk kepada kita semua..

    intinya adalah keterbatasan kita dalam memahami islam yg sangat luas pengejewantahannya ini janganlah lantas menjadikan kita mempunyai anggapan yang sempit tentang agama (apalagi ttg perbandingan agama)
    alangkah bagusnya kalo kita terlebih dulu bersama-sama mempelajari dan memperdalam informasi2 aktual dan akurat tentang agama secara komprehensif…insya Allah kita akan semakin bijak dan arif dalam menganalisa segala sesuatu…apalagi dalam membandingkan agama-agama, tentulah tidak sedikit “bekal” ilmu yg harus kita miliki …
    mhn maaf ya mas hanafi, jika ada kata yg salah…salam kenal dari saya…

    Suka

  • 13. just me  |  8 Mei 2014 pukul 7:48 PM

    oya … tentu kita kita “tidak terguncang” dengan karya fiksi ini kan, mas hanafi….? insya Allah…mudah2an Allah SWT selalu melindungi kita semua..termasuk dari “transfering” pemahaman2 yang berbahaya dari “luar”….amin ya Robbal alamin…

    Suka

  • 14. alex  |  12 Maret 2015 pukul 10:59 AM

    saya kurang setuju dengan anda yang mengatakan banyak doktrin islam yang tidak masuk akal seperti isra mi’raj dll, apa mungkin “akan anda yang belum mencoba ke arah sana? coba pelajari isra mi’raj dan teori fisika, pelajari teori kejadian alam, pelajari ayat al quran dg sain, contoh yg mengancam dg siksa api neraka bahwa Allah akan membakar kulit mereka lalu mengganti dg kulit yg baru agar mereka merasakan pedihnya siksaan dengan teori bahwa ketika kulit yg terbakar tidak diganti maka tidak akan merasa sakit. mungkin anda perlu mempelari islam lebih dalam mas hakim…

    Suka

  • 15. alex  |  12 Maret 2015 pukul 11:01 AM

    jika dibandingkan dengan kristen, jauh sekali, contoh saya mantan kristen, semakin kita mempelajari bible maka semakin banyak yg tidak masuk akal, tetapi semakin kita mempelajari alquran semakin rasional…

    Suka

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Selamat Berkunjung

Selamat datang di:
Laman The Nafi's Story
https://thenafi.wordpress.com/

Silakan membaca apa yg ada di sini.
Jika ada yg berguna, silakan bawa pulang.
Yg mau copy-paste, jgn lupa mencantumkan "Hanafi Mohan" sebagai penulisnya & Link tulisan yg dimaksud.

Statistik

Blog Stats

  • 523.082 hits
Juli 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Top Clicks

  • Tidak ada
Powered by  MyPagerank.Net
free counters
Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net
Counter Powered by  RedCounter